Edited by TSI Bank Sarimadu

BI dan OJK padukan pengembangan LKD & laku pandai

JAKARTA. Kontan.co.id.  Otoritas perbankan Tanah Air sepakat untuk memadukan program inklusi keuangan di satu pintu. Sederhananya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meracik program laku pandai bakal bergandengan tangan dengan Bank Indonesia (BI) yang mengembangkan layanan keuangan digital (LKD). 

Direktur Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif BI Pungky Wibowo mengatakan, BI akan bersinergi dengan OJK untuk mendukung akses layanan keuangan kepada masyarakat. “Nantinya agen LKD bisa menjadi agen laku pandai, dan sebaliknya,” kata Pungky, akhir pekan lalu.

Pungky menambahkan, sejumlah bank sudah menerapkan praktik dobel agen LKD dan laku pandai. Contoh, agen laku pandai Bank Rakyat Indonesia (BRI) bernama BRILink. "Hampir semua agen laku pandai BRILink merupakan agen LKD,” jelas dia. 

Sebagai informasi, hingga Juni 2016, BRI sudah memiliki 63.589 agen LKD. Menurut Direktur Konsumer BRI Sis Apik, agen LKD bertindak sebagai agen BRILink.

Sedangkan, Bank Negara Indonesia (BNI) memiliki agen LKD bertajuk Agen46 BNI berjumlah 12.500 agen yang juga berperan sebagai agen laku pandai. Menurut Dadang Setiabudi, Senior EVP IT BNI, ribuan agen ini melayani beragam transaksi mulai dari pembukaan rekening, setor rekening serta pembayaran. 

Sementara jumlah agen LKD Bank Mandiri mencapai 18.000 agen yang terdiri dari 8.000 agen individu dan 10.000 agen institusi semisal Alfamart. Rahmat B Triaji, Senior VP Electronic Banking Bank Mandiri mengatakan, hingga Juli 2016, frekuensi transaksi LKD Bank Mandiri sebesar 660.004 transaksi dengan nilai Rp 36 miliar. 

Sejatinya, sejak meluncur beberapa tahun lalu, program laku pandai dan LKD sama-sama belum menunjukkan taji. Dua program yang digadang-gadang sebagai bentuk masa depan perbankan ini masih tumbuh pelan. Gambaran saja, per Juni 2016 lalu, simpanan laku pandai baru Rp 63,7 miliar dari total 13 bank peserta. Sementara nilai transaksi uang elektronik naik 45,13% jadi Rp 492 miliar per Maret 2016.
 


 
 
 
Reporter Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang 
Editor Rizki Caturini
 

INKLUSI KEUANGAN