Penurunan Defisit RAPBN 2018 Angkat Rupiah Menguat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (22/8), bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp 13.321 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.350 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta mengatakan bahwa mata uang rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar AS salah satunya merespon defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yang menurun.
"Defisit RAPBN 2018 ditargetkan sebesar 2,19 persen terhadap PDB, menunjukan pemerintah menjaga APBN untuk semakin sehat," ucapnya.
Dari eksternal, lanjut dia, kondisi politik di Amerika Serikat yang kurang kondusif juga turut menjadi salah satu faktor penekan dolar AS. Dikabarkan, sejumlah staf kepresidenan Amerika Serikat mengundurkan diri.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus menambahkan bahwa kondisi politik AS yang kurang stabil menjadi perhatian pelaku pasar, situasi itu memunculkan ketidakpastian kebijakan stimulus ekonomi di pemerintah Presiden AS Donald Trump, terutama sektor manufaktur dan infrastruktur.
"Kemampuan Presiden AS Doland Trump untuk menerapkan kebijakan yang dijanjikan semasa kampanye diragukan pasar sehingga membuat dolar AS tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah," tuturnya.
Di sisi lain, lanjut dia, tekanan dolar AS juga dipengaruhi oleh situasi geopolitik di semenanjung Korea kembali menghangat. Kondisi itu membuat aset-aset berdenominasi dolar AS menjadi kurang menarik.
Saat ini, menurut dia, yen Jepang menjadi mata uang "safe haven" yang menarik bagi investor, situasi itu turut berdampak positif bagi mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.