Incar KUR, bankir optimis kredit UMKM deras di 2020
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini diperkirakan tren pertumbuhan kredit bakal lebih menggeliat dibandingkan tahun 2019. Salah satunya tak lain didorong dari pertumbuhan kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ditopang dari Kredit Usaha Rakyat (KUR).
KUR memang menjadi incaran banyak bank, apalagi di tahun ini Pemerintah memutuskan untuk menurunkan suku bunga kredit KUR menjadi 6%. Sekaligus meningkatkan plafon anggaran dari Rp 140 triliun menjadi Rp 190 triliun.
Praktis, bukan bank pelat merah saja yang ingin ikut menyalurkan KUR. Bank Pembangunan Daerah (BPD) pun mulai tertarik. PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya yang sejak tahun 2019 lalu sudah berupaya untuk dapat ikut menyalurkan KUR tahun ini.
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menjelaskan, untuk dapat menjadi bank penyalur KUR bank harus memenuhi syarat non performing loan (NPL) di bawah 4%.
Hal ini nyatanya sudah berhasil dilakukan Bank Jatim. "NPL UMKM kami sudah di bawah 4%, banyak yang kami write off di akhir tahun. Sebelumnya NPL-nya di atas 5%," ujarnya belum lama ini.
Ia pun menyebut kalau Bank Jatim sudah mengajukan permohonan jatah KUR kepada pemerintah pusat. Bila terwujud, bank bersandi saham BJTM ini meyakini kredit UMKM bisa tumbuh lebih deras dari tahun lalu.
Alih-alih untuk mendorong kredit UMKM, perseroan pun telah mempersiapkan kredit berbasis daring atau digital yang bakal dirilis tahun ini. Bank Jatim sudah menggandeng salah satu perusahaan teknologi finansial (tekfin) yakni Amartha untuk merealisasikan rencana tersebut.
"Kredit mikro online ini direncanakan ticket size-nya Rp 15 juta hingga Rp 50 juta," sebutnya. Bank Jatim sengaja meningkatkan jumlah ticket size hingga Rp 50 juta agar tak mengganggu pasar tekfin.
Bank milik Pemprov Jawa Timur ini bahkan sudah mempersiapkan anggaran setidaknya Rp 150 miliar tahun ini untuk mematangkan rencana pengembangan kredit secara digital. Asal tahu saja, tahun lalu kredit UMKM Bank Jatim naik sebesar 18,85% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 5,06 triliun menjadi Rp 6,02 triliun.
Bukan hanya Bank Jatim saja, anak usaha bank plat merah yakni PT Bank BNI Syariah pun punya rencana serupa. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati memang menegaskan kalau sektor UMKM bakal jadi fokus utama perusahaan di 2020.
Pun, pihaknya juga punya rencana penyaluran produk KUR syariah yang mulai dipasarkan tahun ini. "Kami ke depan juga akan menggali peluang untuk inovasi dan kolaborasi dengan tekfin serta pihak lain dalam hal penyaluran pembiayaan," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (2/2).
Adapun sejauh ini, rasio pembiayaan BNI Syariah ke sektor UMKM sudah menembus 20%, membaik dari tahun 2018 yang baru 19,6%. Dari sisi kualitas, NPF UMKM diakuinya masih cukup tinggi yaitu sekitar 4%.
Namun, sederet upaya sudah dilakukan perusahaan untuk lebih mempercantik kualitas aset. Salah satunya dengan memperkuat analisis dan monitoring pembiayaan. "Strategi untuk mendorong pembiayaan sektor UMKM diantaranya melalui kerjasama dengan Lembaga Penyalur Pembiayaan seperti Koperasi," imbuhnya.
Adapun, tahun 2019 lalu BNI Syariah mencatatkan pembiayaan tumbuh sebesar 15% yoy. Hal ini pun berhasil membawa laba bersih perusahaan naik di atas 40% yoy.
Sekadar informasi, tahun lalu kredit UMKM baru tumbuh tipis 7,7% yoy menjadi Rp 1.044,6 triliun. Pertumbuhan ini melambat dari bulan November 2019 yang sempat naik 9,2% yoy.
Pertumbuhan tersebut mayoritas disumbang dari kredit mikro yang naik 13,1% serta kredit usaha kecil 10,5% di 2019. Namun di sisi lain, kredit menengah justru tumbuh tipis 2,8% yoy sepanjang 2019.